Pakubuwana IV


https://soloraya.com/2016/04/riwayat-pakubuwono-iv-3-sunan-bagus-nan-romantis-cintai-permaisuri-hingga-akhir-hayat/
sumber : geni.com

Sri Susuhan Pakubuwana IV atau Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhan Pakubuwana IV adalah raja ketiga Kasunanan Surakarta. Pemerintahannya dimulai dari tahun 1788 hingga 1820. Dia juga dijuluki sebagai Sunan Bagus karena naik tahkta di usia muda dan berwajah tampan.

Nama asli dari Pakubuwana IV adalah Raden Mas Subadya , putra dari Pakubuwana III dan ibunya GKR(Gusti Kanjeng Ratu) Kencana, keturunan Sultan Demak. Pakubuwana IV lahir pada 2 September tahun 1768 dan naik takhta pada 29 September tahun 1788 di usia 20 tahun.

Berbeda dengan ayahnya, dia penuh akan cita-cita dan keberaian. Ia menjadi pemeluk agama islam yang taat dan mengangkat para ulama dalam pemerintahannya. Para pejabat istana tentu tidak senang dan menentang karena kecenderungan mistik yang sudah mapan di istana. Para ulama mendukung Pakubuwana IV untuk terbebas dari VOC dan menjadikan Surakarta sebagai negeri utama di Jawa mengalahkan Yogyakarta.

Peristiwa Pakepung

Surakarta menjadi tegang, para pejabatnya yang tersisih mengajak VOC untuk menghapi raja. Pakubuwana IV secara pribadi membeci VOC, terupama pada sikap residen Surakarta bernama V.A Palm yang korup.

Residen Surakarta penganti Palm bernama Andries Harsinck terbukti mengadakan pertemuan rahasia dengan Pakubuwana IV. VOC menjadi cemas dan berspekulasi bahwa Harsinck akan dijadikan alas untuk merusak dari dalam.

VOC akhirnya bersekutu dengan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I untuk menghdapi Pakubuwana IV. November 1790, VOC bersama Yogyakarta dan Mangkunegaran mengepung Keraton Surakarta.

Para pejabat senior dalam istana ikut mendesak Pakubuwana IV untuk menyingkirkan pada Ulama. Peristiwa ini dikenal sebagai Pakepung. Akhirnya pada 26 November 1790, Pakubuwana IV mengaku kalah dan menyerahkan para ulama untuk dibuang VOC.

Yogyakarta

VOC memprakarsai perjanjian antara Pakubuwana IV, Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I bahwa kedaulatan Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran dilarang untuk saling menaklukkan.

Pakubuwana IV sendiri masih menyimpan ambisi untuk mengembalikan Mataram-Yogyakarta untuk dijadikan bagian Surakarta. Di tahun 1800 VOC membubarkan pemerintahan negeri dan tidak ada lagi setelah itu. Sebagai gantinya dibentuk pemerintahan Hindia Belanda atas pimpinan gubernur jendral.

Sejak 1808 Hermas Daendels menjadi gubernur jendral Hindia Belanda. Aturan yang ditetapkan semakin merendahkan kedaulatan istana. Pakubuwana IV seolah-olah mau menerimanya dan berharap Belanda membantunya merebut Yogyakarta.

Pakubuwana IV bersandiwara di hadapan Thomas Raffles, wakil pemerintahan Inggris yang sudah menggeser Hindia Belanda di tahun 1811. Sementara itu Hamengkubuwana II, penganti Hamengkubuwana I kesannya kurang ramah kepada bangsa asing.

Pakubuwana IV memanfaatkan keadaan untuk saling mengirim surat dengan Hamengkubuwana II. Dia berusaha menghasut Yogyakarta untuk memberontak terhadap Inggris. Dia berharap Yogyakarta hancur di tangan Inggris.

Inggris mengambil tindakan, pada Juni 1812 Istana Yogyakarta berhasil diduduki atas bantuan Mangkunegara II. Peristiwa itu dikenal dengan nama Geser Sepehi. Hamengkubuwana II ditangkap dan dibuang ke Penang.

Persekutuan dengan Orang-Orang Sepoy

Pihak Inggris yang mengetahui surat-menyurat anatara Pakubuwana IV dengan Hamengkubuwana II tidak menurunkan takhta Pakubuwana IV, tetapi merebut beberapa wilayah Surakarta.

Pada 1814, Pakubuwana IV bersekutu dengan kaum Sepoy, dari India. Mereka adalah tentara yang dibawa Inggri untuk bertugas di Jawa. Pakubuwana mengajak mereka untuk memberontak kepada Inggris dan menaklukkan Yogyakarta yang sedang dipimpin Hamengkubuwana III.

Akhirnya persekutuannya dengan kaum Sepoy berakhir pada 1815. 70 orang Sepoy yang terlibat pemberontakan diadili oleh Inggris. Sekitar 17 orang di antaranya dihukum mati, sisanya dipulangkan ke India sebagai tawanan. Thomas Raffles juga membuang seorang pangeran Surakarta karena dianggap telah menghasut Pakubuwana IV.

Akhir Pemerintahan

Pakubuwana IV meninggal dunia pada 2 Oktober 1820. Dia meninggal setelah transisi perpindahan pemerintahan penjajah dari Inggris kembali ke Belanda pada tahun 1816. Semasa dia masih hidup, ia dikenal sebagai Sinuhun Wali karena deka dengan kaum ulama.

Pakubuwana gemar bertama dan ahli zikir. Dia memiliki tingkat ilmu yang sederajat dengan Waliyullah. Beberapa bukti yang menunjukkan hal tersebut ditemui di situs-situs bekas tempatnya berdoa. Hal tersebut mengklaimnya sebagai Raja rakyat atau Raja yang mencintai rakyatnya.

Selain menjadi ahli politik, dia juga memiliki kemampuan dalam bidang sastra atau kapujanggan yang khususnya bersifat rohani. Naskah Serat Wulangreh diyakini adalah karanganya dengan isi ajaran luhur untuk memperbaiki budi pekerti dan soal moral.

Pakubuwana IV juga seorang ahli budaya. Dia membanggakan wayang kulit dengan wanda khusus, ahli pusaka juga dan seorang ahli seni. Ranggawarsita, seorang Pujangga besar mengaku semasa mudanya pernah belajar ilmu kesaktian pada Pakubuwana IV. Ranggawarsita sendiri merupakan cucu angkat Pangeran Buminata, adik Pakubuwana IV.

Pranala Sumber : 

Comments