Pakubuwana III



Pakubuwana III atau Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhan Pakubuwono III adalah raja kedua dari Kasunanan Surakarta menggantikan ayahnya, Pakubuwana II. Dia memerintah dari tahun 1749 hingga tahun 1788. Dia juga merupakan raja pertama dari keturunan Mataram yang dilantik oleh Belanda.

Nama Asli dari Pakubuwana III adalah Raden Mas Suryadi. Ayahnya Pakubuwana II dengan ibunya permaisuri GKR(Gusti Kanjeng Ratu) Hemas, putri Pangeran Purbaya dari Lamongan(juga putra Pakubuwana I).

Tahkta menjadi milik Pakubuwana III dari tanggal 15 Desember. Dia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang telah meninggal karena sakit keras. Pakubuwana III dilantik oleh gubernur VOC bagian timur laut pesisir Jawa, yaitu Baron von Hohendoff.

Pada masa awal pemerintahannya, dia melanjutkan Perang Suksesi Jawa ketiga yang belum sempat diselesaikan ayahnya. Dalam permberontakan dia harus melawan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said.

Pangeran Mangkubumi sendiri telah memberontak semenjak tahun 1746. Para pemberontak mengangkat Pangeran Mangkubumi sebagai raja mereka dengan Mas Said sebagai patihnya di tanggal 12 Desember tahun 1749 di markas besar mereka, daerah lama Mataram.

Kedaultan Yogyakarta

Pemberontak semakin memperkuat pasukan mereka. Pejabat dari Surakarta yang mendukung para pemberontak dan bergabung dengan mereka juga semakin banyak. Meski begitu para pemberontak tidak dapat mengusir Pakubuwana III dari istananya karena perlindungan VOC.

Tahun 1752 Mas Said dan Mangkubumi terpecah, akibatnya VOC menawarkan perdamaian kepada salah satu pihak, yaitu Mangkubumi dari tahun 1754. Setelah perundingan-perundingan akhirnya tercipta kesepakatan berupa Perjanjian Giyanti di tanggal 13 Februari 1755.

Perjanjian Giyanti berisi tentang pengakuat kedaulatan Mangubumi sebagai raja keturunan Mataram yang telah menguasai setengah wilayah Pakubuwana III. Mangkubumi akhirnya menjadi raja pertama dari istana Yogyakarta di tahun 1756 dengan gelar Hamengkubuwana I.

Kerajaan dari Hamengkubuwana I akan lebih dikenal dengan nama Kesultanan Yogyakarta. Sedangkan kerajaan yang dipimpin oleh Pakubuwana III, setengah dari Kartasura menjadi Kasunanan Surakarta.

Akhir Pemberontakan Mas Said

Perjanjian Giyanti mengikat Hamengkubuwana I untuk ikut VOC dan Pakubuwana III melawan Mas Said. Mas Said yang mulai terdesak akhirnya bersedia untuk berunding dengan VOC di tahun 1756.

Pada bulan Maret di tahun 1757 menjadi puncak perundingan, Mas Said menyatakan setia terhadap VOC, Surakarta dan Yogyakarta dalam perjanjian Salatiga. Mas Said setelah itu bergelar Mangkunegara I degan daerah kekuasaannya bernama Mangkunegaraan yang diberikan Pakubuwana yang terdapat di wilayah Surakarta.

Sisa Pemberontak

Tahun 1757 membuat suasana baru di Pulau Jawa karena masih panasnya pemberontakan dalam skala kecil. Pemberontakan dipimpin oleh Pangeran Singosari, paman Pakubuwana III dengan pusat pemberontakannya di Jawa Timur.

Awalnya Pangeran Singosari ikut dalam kelompok Mangkubumi dan Mas Said, sekarang dia independen. Dia melanjutkan pemberontakan bersama keturunan Untung Suropati di daerah Malang. Lalu mendapat penawaran damai yang diajukan Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I, tetapi ditolaknya.

Pada tahun 1767, VOC menyerang Jawa Timur dan berhasil menangkap Pangeran Singosari setahun setelahnya, yaitu tahun 1768. Pengadilan menjatuhinya hukuman pengasingan, tetapi dia meninggal terlebih dahulu di tahanan Surabaya. Pada tahun 1711, keturunan terakhir Untung Suropati berhasil ditangkap.

Akhir Pemerintahan

Pakubuwana III seumur hidupnya tunduk pada keputusan VOC. Dia menunjukkan ketergantungan terhadap bangsa Belanda itu. Karena kelemahan politiknya, suasana siding istana jadi tegang.

Banyak kelompok-kelompok yang berusaha mengendalikan pemerintahannya. Suasana seperti ini berlangsung hingga kematiannya. Pakubuwana III meninggal pada tanggal 26 September 1788. Pakubuwana III lalu digantikan putranya yang jauh lebih cakap dan pemberani disbanding dirinya. Putanya diberi gelar Pakubuwana IV.

Pranala Sumber :

Comments