sumber : https://id.wikipedia.org |
Amangkurat VI atau Sri Susuhan Prabu
Amangkurat Jawa adalah raja keempat dari Kasunanan Kartasura. Dia memerintah
dari 1719 hingga 1726. Nama aslinya adalah Raden Mas Suryaputra. Dia merupakan
putra dari Pakubuwana I dengan permaisurinya Ratu Mas Blitar, keturunan
Pangeran Juminah, putra Panembahan Senopati dengan Retno Dumilah, putri Madiun.
Amangkurat IV memiliki beberapa putra yang
menjadi tokoh-tokoh penting, contohnya Pakubuwana II, pendiri Surakarta yang
lahir dari permaisurinya. Juga dari selirnya, Mas Ayu Tejawati, melahirkan
Hamengkubuwana I yang menjadi raja pertama Yogyakarta. Selanjutnya adalah Arya
Mangkunegara yang menjadi ayah Mangkunegara I dilahirkan oleh selirnya yang
bernama Mas Ayu Karoh.
Pengangkatan Amangkurat IV
Pada tahun 1719, Pangeran Arya Dipanegara,
salah satu putra Pakubuwana ditugasi untuk menangkap Arya Jayapuspita,
pemberontak dari Surabaya dan adik Adipati Jangrana. Setelah mendengar kematian
ayahnya diumumkan penerus takhta adalah Amangkurat IV dan membuat Dipanegara
enggan pulang ke Kartasura.
Arya Dipanegara mengangkat dirinya menjadi
raja dengan gelar Panembahan Herucakra dengan istana di Madiun. Lalu dia
bergabung dengan kelompok Jayapuspita dari Mojokerto. Mereka bersama-sama ingin
memberontak ke Amangkurat IV yang dilindungi oleh VOC.
Amangkurat IV juga berselisih dengan kedua
adiknya, perama Pangeran Blitar dan kedua Pangeran Purbaya. Karenanya kedua
pangeran tersebut dicabut hak dan kekayaannya oleh Amangkurat IV.
Kaum ulama yang anti VOC mendukung Pangeran
Blitar dan akhirnya memberontak, Pangeran Purbaya dan Arya Mangkunegara, salah
satu putra Amangkurat IV ikut bergabung dalam pemberontakan tersebut. Karena
Amangkurat IV lebih kuat, akhirnya para pemberontak menyingkir dan meninggalkan
Kartasura.
Pangeran Blitar lalu membangun kembali kota
Karta, bekas istana Mataram zaman Sultan Agung. Lalu dia mengangkat dirinya
sendiri sebagai raja dengan gelar Sultan Ibnu Mustafa Paku Buwana dengan
kerajaannya adalah Mataram Kartasekar. Arya Mataram juga meninggalkan Kartasura
dan pergi ke Pati, lalu dia mengangkat dirinya sebagai raja di sana.
Perang Suksesi Jawa Kedua
Perebutan takhta Kartasura membuat perang
saudara, para sejarawan menamakannya Perang Suksesi Jawa II yang membuat rakyat
Jawa terpecah belah. Sebagian memihak Amangkurat IV dengan dukungan VOC,
sebagian ke Pangeran Blitar, sebagian berpihak ke Dipanegara Madiun dan bagian
lain ke Pangeran Arya Mataram.
Menggunakan kekuatan Mojokerto, Pangeran
Blitar menggempur Madiun dan berhasil membuat sekutu dari Dipanegara, yaitu
Jayapuspita memihaknya. Dipanegara yang kalah mengingkir ke Baturrana. Di sana
dia dikejar-kejar oleh pasukan Amangkurat IV. Dipanegara akhirnya menyerah pada
Pangeran Blitar dan bergabung dalam kelompok Kartasekar.
Oktober 1719 pihak Kartasura serta VOC
berhasil menumpas Arya Mataram dengan pemberontakan Patinya. Arya Mataram pun
ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung di Jepara. Lalu November 1720 Kartasura
dan VOC menyerang Mataram hingga kehancuran Kota Kertasekar. Pangeran Blitar
serta pengikutnya menyingkir ke timur.
Kekuatan pemberontakan terus mengurang.
Jayapuspita meninggal karena sakit di tahun 1720 sebelum Kartasekar jatuh. Lalu
tahun berikutnya, 1721 dia disusul oleh Pangeran Blitar yang meninggal di
Malang karena wabah penyakit.
Perjuangan para pemberontak dilanjutkan oleh
Pangeran Purbaya dengan direbutnya Lamongan. Karena kekuatan Amangkurat IV
lebih besar, tahun 1723 pemberontakan Purbaya diredam. Pangeran Purnaya
ditangkap dan dibuang ke Batavia. Pangeran Dipanegara Herucakra dibuang ke
Tanjung Harapan dan Panji Surengrana, adik Jayapuspita serta beberapa keturunan
Untung Suropati dibuang ke Srilangka.
Akhir Pemerintahan
Amangkurat IV berselisih dengan Cakraningrat,
bupati Madura(bagian barat). Cakraningrat IV mengkikuti perang melawan
Jayapuspita dan lebih memilih bahwa Madura akan makmur jika di bawah kekuasaan
VOC daripada Kartasura.
Lalu hubungan mereka membaik setelah dia
dijadikan menantu Amangkurat IV. Lalu nantinya Cakraningrat IV akan memberontak
kepada keturunan Amangkurat IV, yaitu Pakubuwana II. Amangkurat IV jatuh sakit
pada Maret 1726 karena racun. Dia meninggal 20 April 1726 sebelum menemukan
pelakunya. Lalu dia digantikan putranya yang berusia 15 tahun yaitu Pakubuwana
II sebagai raja Kartasura selanjutnya.
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment