![]() |
sumber : https://id.wikipedia.org |
Sultan Agung atau Raden Mas Rangsang adalah
raja ketiga Kesultanan Mataram. Dia adalah raja pertama Kesultanan Mataram
dengan gelar sultan. Sultan Agung memiliki gelar Sultan Agung Adi Prabu
Hanyakrakusuma. Dia merupakan sultan termasyur dari Kesultanan Mataram dan
membuat Mataram menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara waktu itu.
Dia memiliki nama asli Raden Mas Jatmika,
tetapi terkenal dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dia adalah putra raja
sebelumnya, yaitu Panembahan Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati, putri
Pangeran Benawa, raja Pajang.
Cerita versi lain menyebutkan bahwa Sultan
Agung adalah putra dari Pangeran Purbaya(kakak Hanyakrawati). Menurut
legendanya Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi Dyah
Banawati.
Seperti pendahulunya, Sultan Agung memiliki
dua permaisuri. Permaisuri pertama adalah putri sultan Cirebon yang dijadikan
Ratu Kulon. Ratu Kulon melahirkan anak yang diberi nama Raden Mas Syahwawrat
atau Pangeran Alit. Sedangkan permaisuri kedua adalah putri Adipati Batang,
cucu dari Ki Juru Martani dijadikan Ratu Wetan. Ratu Wetan melahirkan Raden Mas
Sayidin yang kelak menjadi Amangkurat I.
Pada awalnya Mas Rangsang bergelar Panembahan
Hanyakrakusuma atau Prabu Pandita Hanyakrakusuma. Pada tahun 1624, tepatnya
setelah menaklukkan Madura, dia menggantinya menjadi Susuhan Agung
Hanyakrakusuma atau disingkan Sunan Agung Hanyakrakusuma.
Pada tahun 1640-an gelarnya diubah lagi
menjadi Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman. Tahun 1641 dia mendapat
gelar dengan nuansa ke-Arab-an, yaitu gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana
Mataram dari pemimpin Ka’bah di Makkah saat itu. Dalam budaya populer, dia
lazim dikenal sebagai Sultan Agung.
Awal Perdana
Awalnya Raden Mas Rangsang naik takhta pada
tahun 1613 di usia dua puluh tahun. Sebelumnya kakaknya yang bernama Adipati
Martapura menjadi Sultan Mataram dalam waktu satu hari karena janji Mas
Rangsang.
Secara teknis menurut sistem, Raden Mas
Rangsang adalah Sultan ke-4 Kesultanan Mataram. Namun pemenritahan Adipati
Martapura yang hanya sehari itu dipandang sebagai pemenuhan janji belaka.
Secara umum Raden Mas Rangsang tetap menjadi Sultan ke-3.
Dua tahun setelah Raden Mas Rangsang
memerintah Mataram, patih Ki Juru Matani meninggal dunia dan digantikan
Tumenggung Singarahu. Pada tahun 1614
dibangun istana di desa Karta, lima kilometer dari barat daya istana
sebelumnya, Kota Gede. Istana barunya mulai ditempati pada tahun 1618.
Saat itu saingan terbesar Mataram adalah
Surabaya dan Banten. Tahun 1614, Sultan Agung mengirim pasukan untuk
menaklukkan Lumajang yang menjadi sekutu Surbaya. Dalam perang di Sungai
Andaka, Tumenggung Surantani dari pihak Mataram tewas. Posisi Surantani
digantikan oleh Panji Pulangjiwa, menantu Rangga Tohjiwa, bupati Malang. Lalu
setelahnya Panji Pulangjiwa mati setelah diperangkap oleh Tumenggung Alap-Alap.
Tahun 1615, Sultan Agung memimpin langsung
penaklukan Wirasaba(sekarang Mojoangung, Jombang), ibu kota Majapahit. Pihak
Surabaya mencoba membalas Mataram. Adipati Pajang juga berniat untuk
berkhianat, tetapi masih ragu untuk mengirim pasukan membantu Surabaya.
Pasukan Surabaya dihancurkan oleh Mataram
pada Januari tahun 1616 di desa Siwalan. Kemenangan Sultan Agung berlanjut
hingga di Lasem dan Pasuruan di tahun yang sama. Tahun berikutnya 1617, Pajang
memberontak dan berhasil ditumpas. Adipati Pajang beserta panglimanya yang
bernama Ki Tambak Baya melarikan diri ke Surabaya.
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment