Danang Sutawijaya(Panembahan Senopati)

https://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya
sumber : https://id.wikipedia.org

Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati adalah adalah pendiri sekaligus raja pertama yang memerintah Kesultanan Mataram. Dia memerintah dari tahun 1587 hingga tahun 1601. Panembahan Senopati sebenarnya adalah gelar yang dipanjangkan menjadi Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa.

Dia dianggap sebagai peletak dasar-dasar dari Kesultanan Mataram. Riyawat hidupnya banyak digali menurut kisah-kisah tradisional sebagai contoh adalah naskah-naskah babad karangan para pujangga zaman berikutnya.

Asal-Usul

Danang Sutawijaya atau Dananjaya adalah putra sulung dari Ki Ageng Pamanahan dengan pasangan Nyai Sabinah. Dari naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya, raja terakhir Majapahit. Sedangkan untuk ibunya adalah keturunan Sunan Giri dari Walosanga. Hal ini dianggap bahwa para pujangga mengkultuskan raja-raja Kesultanan Mataram sebagai keturunan orang-orang istimewa.

Nyai Sabinah sendiri memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani. Ki Juru Martani diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Jasanya sangat besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang tahun 1549.

Sutawijaya dijadikan anak angkat oleh Hadiwijaya, bupati Pajang. Hal tersebut dijutukan untuk memancing istri Hadiwijaya supaya dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga dia juga disebut sebagai Raden Ngabehi Loring Pasar(Raden Ngabehi Utara Pasar).

Awal Perdana

Awalnya Sutawijaya(dua belas tahun) mengikuti sayembara menumpas Arya Penangsang yang menjadi pengalaman pertamanya berperang. Ayahnya, Ki Ageng Pamanahan ikut serta menjadi sekutu pasukan penumpas Arya Penangsang. Hadiwijaya membantu dengan memberi pasukan Pajang.

Arya Penangsang adalah Bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto, raja terakhir Kesultanan Demak. Sutawijaya akhirnya menumpas Arya Penangsang dengan tangannya sendiri.

Akan tetapi laporan yang diberikan dipalsukan dengan menyebutkan kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok oleh Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi. Hal tersebut dilakukan agar Sultan Hadiwijaya tidak lupa memberikan hadiah.

Pemberontakan Pajang

Setelah sayembara itu, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan menjadi bupadi di sana tahun 1549. Ki Ageng Pamanahan sendiri mendapatkan tanah Mataram di tahun 1556. Pada tahun 1584, Ki Ageng Pamanahan meninggal dan Sutawijaya menjadi pemimpin Mataram dengan gelar Senapati Ingalaga(panglima medan perang).

Tahun 1576 Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil dari Pajang tiba-tiba menyatakan setia ke Mataram.  Senapati saat itu sedang sibuk berkuda di desa Lipura, dia seolah tidak peduli kedatangan mereka. Kedua orang tersebut selalu menyusun pesan yang membahagiakan Sultan Hadiwijaya.

Senapati sendiri ingin menjadikan Mataram sebagai kerajaan yang merdeka. Ia bersiap secara material dan spiritual dengan membangung benteng atau melatih tentara. Akhirnya dia menghubungi penguasa Laut Selatan dan Gunung Merapi.

Senapati dengan berani membelokkan pajak yang dibawa mantra pamajegan dari Kedu dan Bagelen yang hendak menyetor ke Pajang. Senapati juga berhasil membujuk para mantra tersebut untuk setia kepadanya.

Sultan Hadiwijaya menjadi resa mendengar kemajuan anak angkatnya. Dia akhirnya mengirim utusan untuk menyelidiki Mataram. Orang utusannya adalah Arya Pamalad Tuban, Pangeran Benawa dan Patih Mancanegara. Mereka dijamu dalam pesta oleh Senapati. Ada beberapa perselisihan terjadi antara putra sulung Senapati, Raden Rangga dengan Arya Pamalad.

Kemerdekaan Mataram

Sultan Hadiwijaya mengasingkan Tumenggung Mayang ke Semarang pada tahun 1582. Alasannya karena Tumenggung Mayang telah membantu anaknya, Raden Pabelan menyusup ke dalam keputrian dan menggoda Ratu Sekar Kedaton, putri sulung Hadiwijaya. Raden Pambelan sendiri dihukum mati dan jasadnya dibuang ke Sungai Laweyan.

Ibu Pabelan adalah adik dari Senapati. Senapati mengirim para mantra pamejegan untuk merebut Tumenggung Mayang yang diasingkan. Perbuatannya itu membuat Sultan Hadiwijaya marah besar. 

Sultan Hadiwijaya memimpin pasukan Pajang untuk menyerbu Mataram. Perang antara Pajang dan Mataram pun terjadi. Pasukan Pajang berhasil dipukul mundur meski Mataram kalah jumlah. Sultan Hadiwijaya di tengah jalan jatuh sakit dan dibawa pulang ke Pajang. Ia akhirnya meninggal dengan berwasiat kepada anak-anaknya agar tidak membenci Senapati. Senapati ikut hadir dalam pemakaman ayah angkatnya itu.

Menjadi Raja

Arya Pangiri adalah adipati Demak yang menjadi menantu Sultan Hadiwijaya. Ia didukung oleh Panembahan Kudus dan berhasil merebut takhta Pajang di tahun 1583 dengan menyingkirkan Pangeran Benawa menjadi adipati Jipang.

Pangeran Benawa lalu bersekutu dengan Senapati di tahun 1586 setelah menilai Arya Pangiri membawa kerugian untuk Pajang. Perang antara Pajang dan Mataram terjadi lagi. Arya Pangiri berhasil ditangkap dan dikembalikan ke Demak. Pangeran Benawa menawarkan takhta Pajang ke Senapati, tetapi ditolak. Senapati hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.

Pangeran Benawa menjadi rata Pajang hingga tahun 1587. Sepeninggalannya dia berwasiat untuk menggabungkan Pajang ke Mataram. Senapati diminta memimpin rakyat Pajang. Pajang akhirnya menjali wilayah Mataram dan kepemimpinannya diserahkan kepada Pangeran Gagak Baning, adik Senapati.

Sejak saat itu Senapati menjadi raja pertama Mataram dengan gelar Panembahan. Dia tidak ingin diberi gelar sultan untuk menghormati ayah angkatnya Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Pemerintahan Mataram berpusat di Kotagede.

Perluasan Mataram

Sepeninggalnya Sultan Hadiwijaya banyak wilayah di Jawa Timur melepaskan diri dan bersekutu membentuk adipati Jawa Timur yang dipimpin oleh Surabaya. Pasukan mereka melawan pasukan Mataram di Mojokerto, tetapi dapat dipisah utusan Giri Kedaton.

Selain Pajang menjadi wilayah Mataram, Demak juga berhasil dikuasai Mataram. Daerah Pati yang dipimpin oleh Adipati Praloga, putra Ki Panjawi juga tunduk kepada Mataram dengan damai. Kakak perempuan Praloga, Ratu Waskitajawi menjadi permaisuri utama di Mataram dan membuat Praloga menaruh harapan bahwa Mataram kelak dikuasai keturunan kakaknya.

Tahun 1590 aliansi Mataram berperang melawan Madiun. Adipati Madiun saat itu adalah Rangga Jumena(putra bungsu Sultan Trenggana) mempersiapkan pasukan besar untuk menghadang Mataram. Mataram berhasil merebut Madiun dengan taktik cerdiknya. Rangga Jemura melarikan diri ke Surabaya dan putrinya, Retno Dumilah diperistri oleh Senapati.

Tahun 1591 terjadi konflik di Kediri atas takhta yang kosong sepeninggal bupatinya. Putra adipati sebelumnya bernama Raden Senapati Kediri, dia diusir oleh adipati baru bernama Ratujalu. Ratujalu adalah adipati pilihan Surabaya.

Senapati Kediri kemudian diangkat sebagai anak oleh Panembahan Senapati Mataram. Mataram membantu Senapati Kediri merebut kembali kekuasaan atas Kediri. Perang dengan Kediri berakhir bersama dengan kematian Senapati Kediri ketika melawan pamannya, Adipati Pesagi.

Tahun 1595, adipati Pasuruhan berniat untuk tunduk kepada Mataram, tetapi dihalangi oleh panglimanya Rangga Kaniten. Rangga Kaniten mengalami kekalahan dalam latih tanding bersama Panembahan Senapati. Rangga kemudian dibunuh oleh adipati Pasuruhan dan Pasuruhan tunduk ke Mataram.

Tahun 1600 bergejolak pemberontakan oleh Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan tersebut dikarenakan Retno Dumilah, putri Madium diangkat sebagai permaisuri kedua Senapati. Wilayah utara Mataram berhasil dikuasai oleh Pasukan Pati. Perang kemudian beralih ke dekat Sungai Dengkeng. Di sana pasukan Mataram dalam pimpinan langsung Senapati berhasil menghancurkan pasukan Pati.

Pranala Sumber :

Comments