Panembahan Hanyakrawati

https://pixabay.com/photos/crown-kings-bavaria-germany-europe-759296/
sumber : https://pixabay.com

Panembahan Hanyakrawati atau Sri Susuhan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram adalah raja kedua adari Kesultanan Mataram. Karena dia meninggal di Krapyak, dia diberikan gelar Panembahan Seda ing Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak. Dia juga menjadi ayah dari Sultan Agung, raja termasyur Kesultanan Demak.

Nama asli dari Prabu Hanyakrawati adalah Raden Mas Jolang. Ayahnya adalah Panembahan Senapati, raja Mataram dan Ibunya bernama Ratu Mas Waskitajati, penguasa Pati. Antara kedua orang tuanya masih dalam satu keturunan atau terikat hubungan sepupu.

Dia pernah menjabat sebagai Adipati Anom dan menikah dengan Ratu Tulungayu, putri Ponorogo. Namun perkawinannya tidak membuahkan putra sebagai penerusnya menjadi Adipati Anom karena kelak Raden Mas Jolang akan menjadi raja Mataram.

Mas Jolang kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati, putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah Banowati kemudian bergelar Ratu Mas Hadi dan melahirka putra bernama Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandasari(kelak menjadi permaisuri Pangeran Pekik).

Empat tahun seleah Mas Jolang naik takhta, Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Mas Wuryah atau Adipati Martapura. Saat itu jabatan adipati Anom sudah dipegang oleh Mas Rangsang.

Awal Perdana

Mas Jolang dikirim oleh ayahnya untuk menghadapi pemberontakan pamannya yang juga adik ibunya, yaitu Adipati Praloga di tahun 1600. Hal itu disebabkan oleh ayahnya, Panembahan Senopati mengawini Retno Dumilah dan menjadikannya permaisuri kedua.

Praloga marah karena kedudukan kakaknya, Ratu Mas Waskitajawi terancam. Dia menyatakan bahwa Pati lepas dari Mataram dan melakukan pemberontakan. Mas Jolang ditugasi untuk memadamkan pemberontakan itu.

Dalam perdana pertamanya dia dikalahkan oleh kesaktian pamannya. Bahkan Mas Rangsang jatuh pingsan karena terluka menghadapi Pragola. Dia terpasa dibawa mundur oleh pasukannya dan Pemberontakan Adipati Pragola sendiri dipadamkan oleh Senapati.

Pemberontakan

Pangeran Puger atau Raden Mas Kentol Kejuron adalah putra kedua Panembahan Senapati. Dia lahir dengan ibunya yang seorang selir dari Senapati bernama Nyai Adisara. Pangeran Puger merasa lebih berhak atas Mataram karena dia anak tertua setelah kematian putra pertama Senapati bernama Raden Rangga Samudra.

Tahun 1601 Panembahan Senapati meninggal dan takhta diserahkan kepada Mas Jolang dengan gelar Prabu Hanyakrawati. Pangeran Puger pun sakit hati dan tidak ingin menghadap dalam pertempuan kenegaraan. Hanyakrawati pun mengangkan kakaknya itu menjadi adipati Demak.

Meski telah diberikan Demak oleh Mas Jolang, Pangeran Puger tetap memberontak pada tahun 1602. Perang saudara pun terjadi antara Mataram dan Demak. Tahun 1605 Pangeran Puger berhasil ditangkap dan asingkan ke Kudus.

Pemberontakan terjadi kembali di tahun 1607 dengan otaknya adalah Pangeran Jayaraga atau Raden Mas Barthotot. Dia adalah adik dari Hanyakrawati yang diberi jabatan bupati Ponorogo. Pemberontakan ini dipadamkan oleh adik Hanyakrawati yang lain bernama Pangeran Pringgalaya atau Raden Mas Julik, putra Retno Dumilah. Jayaraga ditangkap dan diasingkan ke Masjid Watu di Nusakambangan.

Menyerang Surabaya

Tahun 1610 Hanyakrawati melanjutkan usaha ayahnya untuk menaklukkan musuh terkuat Mataram, yaitu Surbaya. Hingga tahun 1613 Mataram terus menyerang Surabaya dan melemahkan ekonomi mereka, tetapi tidak dapat menguasainya.

Pada tahun 1613 serangan dari pihak Mataram menyebabkan pos-pos milik VOC di Gresik dan Jortan terbakar. Hanyakrawati meminta maaf dengan mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Hanyakrawati juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.

Kematian di Krapyak

Pada tahun 1613, Prabu Hanyakrawati meninggal dunia akibat kecelakaan ketika berburu kijang di Hutan Krapyak. Setelahnya dia dikenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak. Jasadnya dimakamkan di Pasarean Mataram.

Raja Mataram selanjutnya yang ditunjuk adalah Mas Rangsang. Namun Mas Rangsang pernah berjanji pada Ratu Tunggulayu, istri pertamanya untuk menggelari raja Mas Wuryah terlebih dahulu.

Mas Wuryah akhirnya terlebih dahulu mengambil takhta dengan gelar Adipati Martopuro. Dia menjadi raja selama satu hari dan kemudian digantikan oleh Mas Rangsang. Mas Rangsang menjadi raja Mataram dan namanya yang lebih terkenal adalah Sultan Agung.

Pranala Sumber :

Comments