![]() |
sumber : https://pixabay.com |
Panembahan Hanyakrawati atau Sri Susuhan Adi
Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram adalah raja kedua adari
Kesultanan Mataram. Karena dia meninggal di Krapyak, dia diberikan gelar
Panembahan Seda ing Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak. Dia juga menjadi ayah
dari Sultan Agung, raja termasyur Kesultanan Demak.
Nama asli dari Prabu Hanyakrawati adalah
Raden Mas Jolang. Ayahnya adalah Panembahan Senapati, raja Mataram dan Ibunya
bernama Ratu Mas Waskitajati, penguasa Pati. Antara kedua orang tuanya masih
dalam satu keturunan atau terikat hubungan sepupu.
Dia pernah menjabat sebagai Adipati Anom dan
menikah dengan Ratu Tulungayu, putri Ponorogo. Namun perkawinannya tidak
membuahkan putra sebagai penerusnya menjadi Adipati Anom karena kelak Raden Mas
Jolang akan menjadi raja Mataram.
Mas Jolang kemudian menikah lagi dengan Dyah
Banowati, putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah Banowati kemudian bergelar
Ratu Mas Hadi dan melahirka putra bernama Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandasari(kelak
menjadi permaisuri Pangeran Pekik).
Empat tahun seleah Mas Jolang naik takhta,
Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Mas Wuryah atau
Adipati Martapura. Saat itu jabatan adipati Anom sudah dipegang oleh Mas
Rangsang.
Awal Perdana
Mas Jolang dikirim oleh ayahnya untuk
menghadapi pemberontakan pamannya yang juga adik ibunya, yaitu Adipati Praloga
di tahun 1600. Hal itu disebabkan oleh ayahnya, Panembahan Senopati mengawini
Retno Dumilah dan menjadikannya permaisuri kedua.
Praloga marah karena kedudukan kakaknya, Ratu
Mas Waskitajawi terancam. Dia menyatakan bahwa Pati lepas dari Mataram dan
melakukan pemberontakan. Mas Jolang ditugasi untuk memadamkan pemberontakan
itu.
Dalam perdana pertamanya dia dikalahkan oleh
kesaktian pamannya. Bahkan Mas Rangsang jatuh pingsan karena terluka menghadapi
Pragola. Dia terpasa dibawa mundur oleh pasukannya dan Pemberontakan Adipati
Pragola sendiri dipadamkan oleh Senapati.
Pemberontakan
Pangeran Puger atau Raden Mas Kentol Kejuron
adalah putra kedua Panembahan Senapati. Dia lahir dengan ibunya yang seorang
selir dari Senapati bernama Nyai Adisara. Pangeran Puger merasa lebih berhak
atas Mataram karena dia anak tertua setelah kematian putra pertama Senapati
bernama Raden Rangga Samudra.
Tahun 1601 Panembahan Senapati meninggal dan
takhta diserahkan kepada Mas Jolang dengan gelar Prabu Hanyakrawati. Pangeran
Puger pun sakit hati dan tidak ingin menghadap dalam pertempuan kenegaraan.
Hanyakrawati pun mengangkan kakaknya itu menjadi adipati Demak.
Meski telah diberikan Demak oleh Mas Jolang,
Pangeran Puger tetap memberontak pada tahun 1602. Perang saudara pun terjadi
antara Mataram dan Demak. Tahun 1605 Pangeran Puger berhasil ditangkap dan
asingkan ke Kudus.
Pemberontakan terjadi kembali di tahun 1607
dengan otaknya adalah Pangeran Jayaraga atau Raden Mas Barthotot. Dia adalah
adik dari Hanyakrawati yang diberi jabatan bupati Ponorogo. Pemberontakan ini
dipadamkan oleh adik Hanyakrawati yang lain bernama Pangeran Pringgalaya atau
Raden Mas Julik, putra Retno Dumilah. Jayaraga ditangkap dan diasingkan ke
Masjid Watu di Nusakambangan.
Menyerang Surabaya
Tahun 1610 Hanyakrawati melanjutkan usaha
ayahnya untuk menaklukkan musuh terkuat Mataram, yaitu Surbaya. Hingga tahun
1613 Mataram terus menyerang Surabaya dan melemahkan ekonomi mereka, tetapi
tidak dapat menguasainya.
Pada tahun 1613 serangan dari pihak Mataram
menyebabkan pos-pos milik VOC di Gresik dan Jortan terbakar. Hanyakrawati
meminta maaf dengan mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara.
Hanyakrawati juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
Kematian di Krapyak
Pada tahun 1613, Prabu Hanyakrawati meninggal
dunia akibat kecelakaan ketika berburu kijang di Hutan Krapyak. Setelahnya dia
dikenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak. Jasadnya dimakamkan
di Pasarean Mataram.
Raja Mataram selanjutnya yang ditunjuk adalah
Mas Rangsang. Namun Mas Rangsang pernah berjanji pada Ratu Tunggulayu, istri
pertamanya untuk menggelari raja Mas Wuryah terlebih dahulu.
Mas Wuryah akhirnya terlebih dahulu mengambil
takhta dengan gelar Adipati Martopuro. Dia menjadi raja selama satu hari dan
kemudian digantikan oleh Mas Rangsang. Mas Rangsang menjadi raja Mataram dan
namanya yang lebih terkenal adalah Sultan Agung.
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment