sumber : https://id.wikipedia.org |
Pangeran Puger merupakan raja ketiga dari
Kasunanan Kartasura dengan gelar Sri Susuhunan Pakubuwana I ketika dia naik
takhta . Pemerintahannya dimulai dari tahun 1704 hingga berakhir di tahun 1719.
Naskah-naskah babad umumnya menggambarkan Pangeran Puger sebagai raja agung
yang bijaksana.
Nama aslinya adalah Raden Mas Drajat, putra
dari Amangkurat I yang juga raja terakhir Kesultanan Mataram. Mas Drajat lahir
dari Ratu Wetan yang merupakan permaisuri kedua Amangkurat I. Ratu Wetan
berasal dari Kajoran, cabang keluarga keturunan Kesultanan Pajang.
Mas Rahmat adalah kakak tiri Mas Drajat yang
lahir dari Ratu Kulon, permaisuri pertama Amangkurat I. Ketika Mas Rahmat yang
merupakan adipati anom(putra mahkota) berselisih dengan Amangkurat I, Mas
Drajat diangkat menjadi adipati anom dan Mas Rahmat diturunkan. Amangkurat
menarik kembali jabatan adipati anom dari Mas Drajat ketika Keluarga Kajoran
terbukti mendukung Trunajaya.
Mempertahankan Plered
Tahun 1677 menjadi puncak dari pemberontakan
oleh Trunajaya. Trunajaya melakukan serangan besar-besaran ke Plered yang
merupakan ibu kota Kesultanan Mataram. Karena dominasi pasukan Trunajaya,
Amangkurat I melarikan diri ke barat dan menugasi Mas Rahmat untuk
mempertahankan istana.
Mas Rahmat menolak dan ikut mengungsi.
Pangeran Puger yang masih di sana menggantikan posisi kakak tirinya. Dia
membuktikan bahwa tidak setiap anggota Keluarga Kajoran memberontak dan
berpihak ke Trunajaya.
Ketika Trunajaya telah membawa pasukannya di
depan istana, Amangkurat dan Mas Rahmat sudah pergi mengungsi. Sementara
Pangeran Puger berjuang menghadapi Trunajaya, tetapi karena kekuatan musuhnya
terlalu kuat dia menyingkir ke desa Jenar. Di situ Pangeran Puger membangun
istana baru dengan nama Kerajaan Purwakanda dan mengangkat dirinya sebagai raja
di sana dengan gelar Susuhan Ingalaga.
Trunajaya yang menguasai istana Plered lalu
menjarah setiap pusaka keraton Mataram dan berpindah ke markasnya yang berada
di Kediri. Ketika Trunajaya pergi, Ingalaga datang menumpas sisa-sisa pengikut
Trunajaya yang melindungi Plered. Lalu Ingalaga pun mengangkat dirinya sebagai
raja Mataram yang baru.
Amangkurat II
Ketika Amangkurat I meninggal, Adipati
Anom(Mas Rahmat) diwarisi takhta sebagai raja Mataram dengan gelar Amangkurat
II. Sesuai wasiat ayahnya, Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk menumpas
pemberontakan Trunajaya dan berakhir para tahun 1679 dengan padamnya
pemberontakan.
Amangkurat II membangun istana baru di hutan
Wanakerta karena Plered dikuasai adiknya, Ingalaga. Kerajaan barunya diberu
nama Kartasura, bulan September tahun 1680. Amangkurat II meminta kepada
saudaranya, Ingalaga untuk bergabung bersamanya, tetapi ditolak.
Penolakan dari Ingalaga menyebabkan perang
saudara atau disebut Perang Suksesi Jawa.
Pada 28 November 1681 Ingalaga menyerah kepada Jacop Couper, perwira VOC
yang membantu Amangkurat II. Ingalaga kemudian kembali menjadi Pangeran Puger
dan mengakui takhta kakaknya, Amangkurat II.
Kekalahan Pangeran Puger menandai berakhirnya
Kesultanan Mataram yang menjadi bawahan Kasunanan Kartasura. Naskah-naskah
dalam babad memuji keberadaan Pangeran Puger sebagai orang istimewa di
Kartasura.
Amangkurat II memang menjadi raja, tetapi
pemerintahan kasunanan seolah-olah berada di bawah kendali Pangeran Puger.
Naskah-naskah tersebut meninggikan Pangeran Puger mungkin karena ditulis pada
masa raja-raja keturunan Pangeran Puger.
Kematian Kapten Tack
Amangkurat II naik takhta dengan hutang yang
besar kepada VOC. Patih Nerangkusuma yang anti Belanda, mendesak Amangkurat supaya
menghianati penjanjian tersebut. Tahun 1685 Amangkurat II melindungi Untung
Suropati yang menjadi buronan VOC.
Ketika Kapten Francois Tack datang ke
Kartasura untuk menangkap Untung Suropati, Amangkurat II berpura-pura ikut
membantu VOC. Secara rahasia Pangeran Puger ditugasi untuk menyamar sebagai
anak buah Untung Suropati.
Pada Pebruari 1686, terjadi pertempuran
sengit di sekitar keraton Kartasura. Sebanyak 75 tentara VOC tewas ditumpas
pasukan Untung Suropati dan Kapten Tack yang gagal turun dari kudanya berhasil
dibunuh oleh pasukan Untung Suropati. Menurut ceritanya, hujan lebat turun
setelah itu.
Terusir dari Kartasura
Amangkurat II meninggal tahun 1703 dengan
kekuasaan Kartasura jatuh di tangan anaknya, Amangkurat III. Babad Tanah Jawi
menerangkan bahwa ketika kematian kakaknya, Pangeran Puger datang melihat
kemaluannya yang berdiri. Dari ujung kemaluan itu muncil setiti cahaya, mungkin
wahyu keprabon.
Wahyu keprabon adalah tanda untuk penguasa
Tanah Jawa, siapa pun yang mendapatkannya akan menjadi seorang raja. Pangeran
Puger pun menghisap cahaya itu tanpa seorang pun yang tahu.
Dukungan ke Pangeran Puger yang terus
berdatangan menyebabkan Amangkurat III kesal. Hal itu lantas menyebabkan
ketegangan terhadap hubungan keluarga mereka. Kebencian Amangkurat III
bertambah ketika putra Pangeran Puger, Raden Suryokusumo memberontak kepadanya.
Pada bulan Mei 1704 menjadi puncak dengan
dikirimkannya pasukan untuk menghancurkan keluarga Pangeran Puger. Pangeran
Puger beserta pengikutnya telah mengungsi ke Semarang sebelumnya.
Tumenggung Jangrana, bupati Surabaya ditugasi
untuk mengejar Pangeran Puger beserta kroninya. Namun dibelakang Jangrana
memihak kepada Pangeran Puger dan bersandiwara sedang mengejarnya.
Pangeran Puger dengan perantara Bupati
Semarang yang saat itu diduduki oleh Rangga Yudanegara meminta bantuan VOC.
Karena kepandaian diplomasi Yudanegara, VOC memaafkan pembunuhan Kapten Tack
dan VOC menyediakan bantuan untuk perjuangan Pangeran Puger, tentu dengan
perjanjian yang menguntungkan VOC. Perjanjian tersebut ditandatangani dengan
syara wilayah Madura timur jatuh kepada VOC.
Perebutan Kartasura
6 Juli 1704 Pangeran Puger diangkat menjadi
Susuhan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama
Khalifatulah Tanah Jawa atau singkatnya Pakubuwana I. Tahun setelahnya, 1705
Pakubuwana bersama VOC, Semarang, Madura(barat) serta Surabaya bergerak
menyerang Kartasura.
Arya Mataram, adik Pakubuwana I ditugasi
untuk menjaga Pasukan Kartasura. Lalu Arya Mataram menyarankan kepada
Amangkurat III untuk mengungsi ke timur. Saat Amangkurat III pergi, Arya
Mataram bergabung dengan Pakubuwana. Akhirnya takhta Kartasura jatuh di tangan
Pakubuwana pada 17 September 1705.
Masa Pemerintahan
Pakubuwana I dihadapkan dengan perjanjian
baru VOC tentang perjanjian lama Amangkurat II. Perjanjian tersebut berisi
tentang hutang Kartasura sebesar 4,5 juta gulden ketika berperang melawan
Trunajaya. Perjanjian lama diganti dengan mengirim 13.000 ton beras setiap
tahunnya selama 25 tahun.
Pada 1706 pasukan Kartasura diboncengi VOC
mengejar Amangkurat III yang berlindung di Pasuruan. Untung Surapati yang saat
itu menjadi bupati Pasuruan tewas dalam pertempuran Bangil. Pada 1708
Amangkurat III menyerah dan diasingkan ke Srilangka.
VOC menemukan bukti penghianatan Adipati Jangrana
yang menyatakan dirinya bersekongkol dengan Untung Suropati tahun 1706. Tahun
1709, Pakubuwana menghukum mati Adipati Jangrana, bupati Surabaya yang dulu
membantunya naik takhta.
Jangrana digantikan adiknya, Jayapuspita dan
tahun 1714 Jayapuspita menolak menghadap ke Kartasura dan mempersiapkan
Pemberontakan. Tahun 1717 gabungan Kartasura dan VOC menyerbu Surabaya lalu
perang tersebut menurut Babad Tanah Jawi lebih mengerikan dari perang di
Pasuruhan. Jayapuspita kalah dan menyingkir ke Japan(Mojokerto) tahun 1718.
Kematian
Pakubuwana I meninggal tahun 1719 dan
digantikan putranya yang bergelar Amangkurat IV. Pada pemerintahan Amangkurat
IV terjadi pemberontakan-pemberontakan saudara-saudaranya atau Perang Suksesi
Jawa kedua. Mulai dari Pakubuwana I, Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya hingga
Dipanegara Madiun.
Dalam sejarah keluarga Kesultanan Mataram terdapat tokoh lain
yang juga bergelar Pangeran Puger. Salah satunya adalah putra Panembahan Senapati yang lahir dari selir
Nyai Adisara, bernama asli Raden Mas Kentol Kejuron. Tokoh ini hidup pada zaman
sebelum Pakubuwana I.
Pangeran Puger yang ini pernah memberontak
pada tahun 1602 - 1604 terhadap
pemerintahan adiknya, yaitu Prabu Hanyokrowati (kakek buyut Pangeran
Puger Pakubuwana I).
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment