sumber : https://pixabay.com |
Amangkurat II atau Sri Susuhan Amangkurat Mas
atau juga Sunan Mas adalah raja Kasunanan Kartasura yang memerintah setelah
kematian ayahnya. Dia memerintah mulai dari tahun 1703 hingga 1705.
Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna. Pada
Babad Tanah Jawi diterangkan bahwa dia adalah satu-satunya putra Amangkurat II
yang ibunya mengguna-guna istri-istri lainnya agar mandul. Mas Sutikna juga
dijuluki sebagai Pangeran Kencet karena cacat di bagian tumit yang ia derita.
Mas Sutikna berwatak buruk, dia mudah marah
dan cemburu kepada pria lain yang lebih tampan darinya. Selama dia menjabat
sebagai Adipati Anom, dia menikah dengan sepupunya yang bernama Raden Ayu
Lembah, putri Pangeran Puger. Kemudian Ayu Lembah diceraikan karena telah
berselingkuh dengan Raden Sukra, putra Patih Sindureja.
Raden Sukra kemudian dibunuh oleh utusan Mas
Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa untuk membunuh putrinya sendiri, Ayu
Lembah. Mas Sutikna kemudian menikah lagi dengan adik Ayu Lembah, yaitu Ayu
Himpun.
Perselihan Takhta
Menurut Babad Tanah Jawi harusnya wahyu
keprabon jatuh kepada Pangeran Puger. Namun Amangkurat III naik ke takhta
Kartasura menggantikan ayahnya. Akibatnya para pejabat yang tidak suka dengan
Amangkurat III mengaliri dukungan kepada Pangeran Puger untuk merebut
pemerintahan.
Amangkurat III menjadi resah dan akhirnya
menceraikan anak Puger, yaitu Ayu Himpun. Dia mengangkat permaisuri baru, dia
adalah gadis dari desa Onje. Tekanan yang dirasakan keluarganya membuat Raden
Suryokusumo, putra Pangeran Puger memberontak.
Karena ketakutan Amangkurat III mengurung
Pangeran Puger dan keluarganya. Patih Sumabrata membujuk agar mereka dibebaskan
dan berhasil. Dukungan kepada Pangeran Puger agar merebut takhta kembali
mengalir. Tahun 1704, Amangkurat III mengirim utusan untuk membunuh Pangeran
Puger serta keluarganya, tetapi mereka sudah melarikan diri ke Semarang.
Meninggalkan Kartasura
Pangeran Puger yang melarikan diri ke
Semarang mendapatkan dukungan dari VOC di sana dengan beberapa syarat. Pangeran
Puger kemudian mengangkat dirinya menjadi Pakubuwana I. Pasukan Pakubuwana
begerak merebut Kartasura di tahun 1705.
Paman dari Amangkurat III, yaitu Arya Mataram
memimpin pertahanan di Ungaran, tetapi dibelakang Arya Mataram mendukung
Pakubuwana. Ketika Arya Mataram berhasil membujuk Amangkurat III untuk
meninggalkan Kartasura, Arya Mataram bergabung dengan kakaknya sendiri,
Pakubuwana I.
Perang Suksesi Jawa Pertama
Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke
Ponorogo dengan membawa semua pusaka keratin. Dia menyiksa Adipati Martowongso
hanya karena salah paham. Rakyat Ponorogo yang melihat bupatinya disakiti
memberontak. Amangkurat III pun kabur ke Madiun lalu berpindah ke Kediri.
Untung Suropati yang menjadi bupati Pasuruan
mengirim pasukan untuk melindungi Amangkurat III. Gabungan pasukan dari
Kartasura, VOC, Madura dan Surabaya menyerang Pasuruan di tahun 1706. Untung
Suropati tewas di pertempuran Bangil dan putra-putranya bergabung dengan
Amangkurat III di Malang.
Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami
penderitaan karena terus diburu oleh pasukan Pakubuwana I. Dari Malang dia
pindah ke Blitar, kemudian dia lari ke Kediri dan menyerah di Surabaya tahun
berikutnya, 1708.
Dibuang ke Sri Langka
Putra Pakubuwana I, yaitu Pangeran Blitar
datang menemui Amangkurat III di Surabaya untuk meminta pusaka-pusaka keraton,
tetapi ditolak karena Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya kepada
Pakubuwana I secara langsung.
Amangkurat III kemudian dijadikan tahanan
oleh VOC di Batavia. Di sana dia ikut diangkut dalam pengasingan tawanan ke Sri
Langka. Amangkurat akhirnya menjalani hidupnya di Sri Langka dan meninggal di
sana pada tahun 1734.
Konon harta pusaka milik Kesultanan Mataram
ikut terbawa oleh Amangkurat III ke Sri Langka. Akan tetapi Pakubuwana I
mengumumkan bahwa pusaka sejati dari Tanah Jawa adalah Masjid Agung Demak dan
makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.
Kutukan
Kutukan dari Amangkurat I ke Amangkurat II
bahwa keturunan dari Amangkurat II tidak akan ada yang menduduki takhta,
kecuali satu orang dan itu hanya sebentar. Menurut kutukan tersebut Amangkurat
III-lah yang menjadi sasarannya. Kisah pengutukan itu terdapat dalam Babad
Tanah Jawi yang ditulis pada masa pemerintahan raja keturunan dari Pakubuwana
I, sehingga itu hanya legenda belaka yang kebenarannya sulit dibuktikan.
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment