Hamangkurat III


https://pixabay.com/photos/chiang-mai-royal-palace-694693/
sumber : https://pixabay.com

Amangkurat II atau Sri Susuhan Amangkurat Mas atau juga Sunan Mas adalah raja Kasunanan Kartasura yang memerintah setelah kematian ayahnya. Dia memerintah mulai dari tahun 1703 hingga 1705.

Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna. Pada Babad Tanah Jawi diterangkan bahwa dia adalah satu-satunya putra Amangkurat II yang ibunya mengguna-guna istri-istri lainnya agar mandul. Mas Sutikna juga dijuluki sebagai Pangeran Kencet karena cacat di bagian tumit yang ia derita.

Mas Sutikna berwatak buruk, dia mudah marah dan cemburu kepada pria lain yang lebih tampan darinya. Selama dia menjabat sebagai Adipati Anom, dia menikah dengan sepupunya yang bernama Raden Ayu Lembah, putri Pangeran Puger. Kemudian Ayu Lembah diceraikan karena telah berselingkuh dengan Raden Sukra, putra Patih Sindureja.

Raden Sukra kemudian dibunuh oleh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa untuk membunuh putrinya sendiri, Ayu Lembah. Mas Sutikna kemudian menikah lagi dengan adik Ayu Lembah, yaitu Ayu Himpun.

Perselihan Takhta

Menurut Babad Tanah Jawi harusnya wahyu keprabon jatuh kepada Pangeran Puger. Namun Amangkurat III naik ke takhta Kartasura menggantikan ayahnya. Akibatnya para pejabat yang tidak suka dengan Amangkurat III mengaliri dukungan kepada Pangeran Puger untuk merebut pemerintahan.

Amangkurat III menjadi resah dan akhirnya menceraikan anak Puger, yaitu Ayu Himpun. Dia mengangkat permaisuri baru, dia adalah gadis dari desa Onje. Tekanan yang dirasakan keluarganya membuat Raden Suryokusumo, putra Pangeran Puger memberontak.

Karena ketakutan Amangkurat III mengurung Pangeran Puger dan keluarganya. Patih Sumabrata membujuk agar mereka dibebaskan dan berhasil. Dukungan kepada Pangeran Puger agar merebut takhta kembali mengalir. Tahun 1704, Amangkurat III mengirim utusan untuk membunuh Pangeran Puger serta keluarganya, tetapi mereka sudah melarikan diri ke Semarang.

Meninggalkan Kartasura

Pangeran Puger yang melarikan diri ke Semarang mendapatkan dukungan dari VOC di sana dengan beberapa syarat. Pangeran Puger kemudian mengangkat dirinya menjadi Pakubuwana I. Pasukan Pakubuwana begerak merebut Kartasura di tahun 1705. 

Paman dari Amangkurat III, yaitu Arya Mataram memimpin pertahanan di Ungaran, tetapi dibelakang Arya Mataram mendukung Pakubuwana. Ketika Arya Mataram berhasil membujuk Amangkurat III untuk meninggalkan Kartasura, Arya Mataram bergabung dengan kakaknya sendiri, Pakubuwana I.

Perang Suksesi Jawa Pertama

Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo dengan membawa semua pusaka keratin. Dia menyiksa Adipati Martowongso hanya karena salah paham. Rakyat Ponorogo yang melihat bupatinya disakiti memberontak. Amangkurat III pun kabur ke Madiun lalu berpindah ke Kediri.

Untung Suropati yang menjadi bupati Pasuruan mengirim pasukan untuk melindungi Amangkurat III. Gabungan pasukan dari Kartasura, VOC, Madura dan Surabaya menyerang Pasuruan di tahun 1706. Untung Suropati tewas di pertempuran Bangil dan putra-putranya bergabung dengan Amangkurat III di Malang.

Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami penderitaan karena terus diburu oleh pasukan Pakubuwana I. Dari Malang dia pindah ke Blitar, kemudian dia lari ke Kediri dan menyerah di Surabaya tahun berikutnya, 1708.

Dibuang ke Sri Langka

Putra Pakubuwana I, yaitu Pangeran Blitar datang menemui Amangkurat III di Surabaya untuk meminta pusaka-pusaka keraton, tetapi ditolak karena Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya kepada Pakubuwana I secara langsung.

Amangkurat III kemudian dijadikan tahanan oleh VOC di Batavia. Di sana dia ikut diangkut dalam pengasingan tawanan ke Sri Langka. Amangkurat akhirnya menjalani hidupnya di Sri Langka dan meninggal di sana pada tahun 1734.

Konon harta pusaka milik Kesultanan Mataram ikut terbawa oleh Amangkurat III ke Sri Langka. Akan tetapi Pakubuwana I mengumumkan bahwa pusaka sejati dari Tanah Jawa adalah Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.

Kutukan

Kutukan dari Amangkurat I ke Amangkurat II bahwa keturunan dari Amangkurat II tidak akan ada yang menduduki takhta, kecuali satu orang dan itu hanya sebentar. Menurut kutukan tersebut Amangkurat III-lah yang menjadi sasarannya. Kisah pengutukan itu terdapat dalam Babad Tanah Jawi yang ditulis pada masa pemerintahan raja keturunan dari Pakubuwana I, sehingga itu hanya legenda belaka yang kebenarannya sulit dibuktikan.

Pranala Sumber :

Comments