sumber : https://en.wikipedia.org |
Saito Musashibo Benkei adalah seorang biksu sekaligus prajurit Jepang(sohei). Dia secara popular dikenal sebagai Benkei. Benkei hidup pada tahun-tahun akhir Periode Heiran. Awalnya dia menjadi seorang biarawan dan kemudian menjadi pertapa gunung hingga menjadi prajurit pengembara.
Dia bertemu dengan Minamoto no Yoshitsune dan
berduel dengannya. Setelah mengalami kekalahan dia mengabdikan dirinya untuk
melayani Yoshitsune. Secara umum dia digambarkan sebagai seorang lelaki
berkekuatan dan kesetiaan yang besar. Benkei menjadi subjek cerita rakyat
Jepang yang populer dan ditampilkan dalam banyak liberator serta produksi baik
kuno atau pun modern.
Kelahiran Benkei sangat bervariasi. Seseorang
menceritakan tentang kepala kuil yang memperkosa ibunya, putri dari pandai
besi. Orang lain melihatnya sebagai keturunan dari dewa kuil.
Banyak orang memberikat Benkei julukan iblis,
anak monster dengan rambut liar serta gigi panjang. Pada masa mudanya, dia
mungkin disebut Onikawa(anak setan/raksasa) berdasarkan karya ukiyo-e bertema
Oniwakamaru dan petualangannya. Dia telah mengalahkan 200 orang dalam setiap
pertempuran pribadinya.
Benkei memilih untuk bergabung dengan biara
di usia dini. Dia mulai berpergian secara luas di antara biara-biara Buddha
yang ada di Jepang. Selama periode ini biara bukan hanya dianggap sebagai pusat
kulturasi saja. Biara juga digunakan untuk kekuatan militer mirip dengan Legiun
Romawi.
Banyak biksu dilatih menggunakan
naginata(tombak setengah bulan) untuk pertempuran. Pada usinya yang ke-17,
Benkei telah memiliki tinggi 2 meter. Dia mulai meninggalkan biara-biara dan
menjadi yamabushi(anggota sekte pertapa agung). Umunya Benkei digambarkan
dengan topi hitam yang menjadi simbol sah dari pertapa gunung tersebut.
Benkei mempersenjatai dirinya dengan tujuh
jenis senjata yang sering dia bawa di punggungnya. Dia membawa kapak
lus(masakari), garu(kamade), sabit(nagigama), palu kayu (hizuchi),
gergaji(nokogiri), tongkat besi(tetsubo) dan pedang ala
Jepang/glaive(naginata).
Benkei berkeliaran di Kyoto setiap malam
untuk mengambil seribu pedang dari para samurai yang tidak layak baginya. Dia
telah mengumpulkan 999 pedang melalui duel panjangnya dan mencari yang terakhir.
Dia pun bertemu dengan pemuda yang bermain
seruling di Kuil Gojotenjin, Kyoto. Pria tersebut lebih pendek dari Benkei dan
mungkin membawa pedang berlapis emas di pinggangnya. Mereka berjalan di
sepanjang Jembatan Gojo dan berduel. Ada yang mengatakan bahwa mereka melakukan
duel bukan di Jembatan Gojo melainkan di Jembatan Matsubara.
Benkei dikalahkan pemuda itu dan menjadi
frustasi. Identitas asli pemuda tersebut adalah Minamoto no Yoshitsune. Dia
mencoba membalaskan dendamnya dengan menunggu Yoshitsune keluar dari kuil
Kiyomizu dan dikalahkan lagi.
Benkei kemudian mengabdi pada Yoshitsune dan
bertarung bersamanya dalam Perang Genpei. Dia berjuang bersama Yoshitsune
melindungi klan Minamoto dan bertarung melawan klan Taira. Benkei menemani
Yoshitsune dari 1185 hingga kematiannya pada 1189. Dia dianggap sebagai
penjahat karena menemani Yoshitsune sebagai penghianat.
Benkei dan Yoshitsune dikepung dalam kastil
Koromogawa no tate. Ketika Yoshitsune di dalam kastil berniat melakukan
sepukku(ritual bunuh diri), Benkei berjaga di jembatan depan gerbang utama
untuk melindungi Yoshitsune.
Para prajurit yang datang ketakukan karena
harus menghadapi Benkei. Setiap orang yang bertarung dengannya akan cepat
terbunuh seperti julukannya raksasa. Dia telah membunuh lebih dari 300 tentara
yang terlatih sekali pun.
Minamoto no Yorimoto menyadari bahwa
pertempuran jarak dekat adalah bunuh diri, dia menyuruh prajuritnya untuk
mundur. Dia memutuskan untuk membunuh Benkei dengan panah sebagai gantinya.
Panah pun dilesatkan kepada Benkei dari jauh.
Seharusnya Benkei telah jatuh karena dipenuhi oleh anak panah, tetapi dalam
luka parahnya tersebut dia masih beridiri. Para prajurit menyebrangi jembatan
untuk melihat kondisi Benkei. Benkei pun jatuh ke tanah setelah mati dengan
posisi berdiri tegak. Hal ini dikenal sebagai “Kematian Berdiri Benkei” atau Benkei
no Tachi Ojo.
Benkei meninggal pada usia 34 tahun. Atago-do
yang sekarang disebut Benkei-do menampilkan patung Benkei setinggi enam kaki
dua inci dalam posisi berduri ketika dia meninggal di Koromogawa.
Patung itu dibangun di era Shotoku
menggantikan monumen yang lebih tua. Di masa lalu Benkei-do berada di kaki
bukit Chusonji hingga dihancurkan. Reruntuhannya dan sebuah pohon pinus masih
ada di sana sampai sekarang.
Pranala Sumber :
Comments
Post a Comment